Tuesday 14 January 2014

Monumen yang 'hampir' terlupakan

Monumen yang “hampir” kita lupakan


Di tengah gencarnya arus informasi dan teknologi sekarang ini,  tentu bukan hal yang aneh jika banyak bermunculan mal-mal / pusat perbelanjaan yang semakin memanjakan konsumen. Salah satunya adalah Hi Tech Mall Surabaya yang menjadi “rujukan” kebutuhan barang-barang elektronik (komputer) di Surabaya dan Indonesia timur. Berbagai macam kebutuhan teknologi komputer akan dapat kita temukan di sana. Namun, jika anda sempat berkunjung ke sana cobalah sempatkan diri anda untuk berkunjung ke THR yang berada di bagian belakan Hi Tech Mall. Anda akan melihat sebuah monumen / patung perunggu yang ada di belakang pintu masuk. Barangkali bagi remaja saat ini, banyak yang tidak mengenal tokoh seniman tersebut. Yah...ini bisa dimaklumi karena  gencarnya promo penyanyi-penyanyi asing, sehingga bagi remaja saat ini mungkin banyak yang belum mengenalnya.
Yah....itulah monumen untuk mengenang seorang seniman Surabaya yang pernah menjadi “icon” di jamannya karena kesederhanaan dan lagu-lagunya. Itulah Gomboh. Seorang seniman sejati asal Surabaya. Gombloh lahir dengan nama lengkap Soedjarwoto Soemarsono tanggal 14 Juli 1948 di Jombang, merupakan seorang seniman asal Surabaya yang pernah menjadi inspirasi bagi seniman-seniman muda Surabaya untuk tetap berkreasi dengan lirik-lirik unik dan merakyat ditengah gencarnya lagu-lagu “cengeng” saat itu. Lagu-lagunya banyak bercerita kritik sosial, alam juga rasa cinta negeri, seperti misalanya “Kebyar-Kebyar” yang dirilis pada tahun 1979, dan sering diputar menjelang peringatan 17-an.
Monumen ini memang dibuat untuk mengenang sang legenda tersebut. Namun, sangat disayangkan karena lokasi monumen itu sudah mulai “terjepit” dengan banyaknya cafe-cafe penjual makanan yang menjamur di sekitarnya.  Gombloh memang unik, baik dari lirik lagunya maupun penampilannya yang selalu tampil bersahaja, bukan hanya di atas panggung namun juga kesehariannya. Ini sangat kontras dengan penyanyi penyanyi sekarang yang banyak mengumbar sensasi dan kemewahan. Tidak salah jika saya menjulukinya sebagai seniman yang “langka”. Bahkan sebuah radio swasta di Surabaya (Radio Suzana) pernah mengadakan lomba mirip Gomploh. Pada tanggal 30 Maret 2005 dalam acara puncak Hari Musik Indonesia III di Jakarta, Gombloh mendapat penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia secara anumerta dari PAPPRI.

Gombloh dilahirkan sebagai anak ke-4 dari enam bersaudara dari keluarga Slamet dan Tatoekah. Slamet adalah seorang pedagang kecil yang hidup dari menjual ayam potong di pasar tradisional di kota mereka. Gombloh bersekolah di SMA Negeri 5 Surabaya dan sempat berkuliah di Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember, (ITS) Surabaya, namun tidak diselesaikannya dan memilih nalurinya untuk bermusik
Yang selalu menjadi pertanyaan saya dalam hati, masih adakah seorang seniman sejati seperti beliau yang bersahaja, tidak seperti kebanyakan seniman sekarang yang banyak mengumbar sensasi, kemewahan, dan perilaku yang tak pantas ditiru. Semoga karya-karya Gombloh bisa menjadi inspirasi bagi seniman-seniman muda yang pintar dan berwawasan luas.
Gombloh (lahir di Jombang, Jawa Timur, 14 Juli 1948 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 9 Januari 1988 pada umur 39 tahun).

Wednesday 8 January 2014

Bill Turner "tokoh dibalik pickup gitar Fender"

BILL TURNER

 




Sang pencipta pickup Gitar Fender

Proyek pertama saya setelah bergabung pada "R & D GUITAR" adalah untuk mendalami  pickup yang kami buat. saya ingin memastikan pickup - pickup itu  terutama di instrumen Vintage Series seotentik mungkin. Setiap komponen berpengaruh pada sound tiap instrumen, kecuali pickups yang menyalurkan sound ke ampli. Untuk beberapa hal ini adalah jantung dan jiwa dari sebuah gitar. Saya membayangkannya sebagai sebuah bunyi / sound. Kupikir Leo Fender juga melakukan hal yang sama. Bunyi yang dihasilkan melalui pickups pada awalnya menunjukkan ciri dari gitar listrik dan bass.

Tidak ada komponen gitar lainnya yang lebih diselimuti misteri dan voodoo daripada sebuah pickups. Tetapi beberapa pickup fender pada awalnya bukanlah hasil dari ilmu hitam. Pickup-pickup itu adalah hasil dari ilmu elektronik, ilmu fisika dan matematika, keduanya langsung berasal dari para musisi itu sendiri. Itulah yang Leo Fender lakukan, dan itulah yang kami lakukan sekarang.

Saya memulai dengan pickup Stratocaster tahun '57 / '62. Pickups ini sudah memiliki sound yang bagus, tapi perlu diingat, tujuanku adalah ke-otentikannya. Kami membutuhkan pickup untuk diduplikasi dan untungnya kami memiliki satu set pickup stratocaster asli 1963 untuk diteliti. Melalui tes, pickups ini terbukti menjadi yang terbaik, keseimbangan yang bagus dan terdengar sangat hidup. Saya melakukan tes, dan mencocokkan setiap parameter. Untuk menemukan rahasia sound pickup tersebut, perlu untuk mengorbankan salah satu pickup untuk kepentingan seni dan ilmu. Karena ternyata, kami menemukan bahwa Alnico 5 magnet yang
dibuat di akhir tahun '50 hingga pertengahan '60, dibuat menggunakan proses yang berbeda. Ini  menggunakan bahan  magnet yang berbeda, dan pada akhirnya mengubah karakter soundnya. Tapi untungnya, pickup tersebut masih memiliki beberapa material magnet aslinya. Kami menganalisa pickup tersebut, mengujinya dengan beberapa prototipe, dan pickup tersebut bersuara sangat bagus.Tetapi tetap saja terasa ada yang hilang.

Dengan banyaknya rintangan tersebut, pada akhirnya saya lebih fokus pada gulungan kabel magnet.Kami kurang beruntung dengan penelitian magnetnya. Teknik modern dalam pembuatan kabel tidak mengikuti  cara-cara pembuatan kabel seperti  yang ada di tahun 1950 - 1960.Namun kami mampu mengidentifikasi  faktor-faktor kritis yang membuat kawat itu menjadi unik.Kami bekerja sama dengan produsen, melakukan pengujian dan banyak perubahan pada spesifikasi kawat dan akhirnya, kami memperoleh satu hal paling penting.


 
Dengan magnet yang tepat dan kabel yang cocok,  aku tahu persis apa yang aku butuhkan untuk menciptakan beberapa "Holy Grail Strat pickup".

 Pickup Vintage '57/ '62 kami yang baru adalah hasil dari penelitian yang melelahkan. Itu adalah project  saya yang pertama. 







 

Apakah anda sudah pernah mencoba pickup Vintage kami yang tanpa nois (noisless) ?.
Sudah pernah mencoba pickup Hambucker kami?. Dan sudah ada banyak hasil dan upaya untuk
menghasilkan setap pickup yang kami produksi.


Kami berharap anda akan senang bermain menggunakan pickup kami.


(Bill Turner bergabung pada team R & D Guitar Fender pada tahun 1995, setelah 14 tahun
sebagai co-founder dan chief designer dari EMG pickup, dan 5 tahun sebagai pendiri dari
LSR (Linear String Research).


(Sumber : Fender Frontline 2002)


<span style="display:none">IBX5A6CA1BD3E819</span>
IBX5A6CA1BD3E819

Recording Electric Guitar

Trik Merekam Gitar Listrik

 

  Gitar listrik merupakan instrumen yang paling mudah untuk direkam. Hanya perlu menempatkan sebuah mic di depan kabinet speaker, siapkan track recordnya dan jadilah. Sound gitar pun sidah siap untuk direkam. Saat merekamnya, sound yang terdengar adalah sound gitar apa adanya. Seringkali kita menginginkan sound yang terekam sedikit berbeda daripada "apa adanya". Apa triknya ?

Untuk medapatkan sound yang lebih tebal, lebih gemuk, lebih keras dll, tidaklah cukup hanya dengan cara-cara "tradisional". Ada beberapa trik yang harus kita lakukan, untuk mendapatkan sound impian kita.

 

01. Posisi Mikrofon : 

Beberapa kabinet speaker memiliki perbedaan sound antara masing masing speakernya. Bahkan untuk sebuah kabinet speaker yang harganya mahal sekalipun. Jadi sebelum melakukan perekaman, kenalilah kabinet speaker yang ingin dipakai. Istilahnya PDKT dulu dong.....

Menempatkan mic persis di tengan konus speaker dapat menghasilkan sound yang bright. Dengan menggesernya sedikit demi sedikit ke arah pinggir konusnya akan menghasilkan sound yang berbeda. Tentukan dimana mic akan ditempatkan. Tidak ada posisi yang baku untuk hal ini, yang ada adalah dengan trial error / eksperiman. Dan itu bisa menyenangkan, tetapi kadang juga menjengkelkan kalau sound yang dicari tidak kunjung ketemu. Tipsnya adalah...sabar...sabar..dan sabar.

  Salah satu cara yang dapat dicoba adalah jangan menghubungkan gitar anda ke amplifier. Tempatkan mic di depan masing-masing speaker, dengarkan di ruang kontrol, speaker mana yang menghasilkan desah yang paling kuat. Nah..speaker  inilah yang mampu bersuara paling keras.

 

Dalam me-miking kabinet kita juga jangan pernah berhenti untuk bereksperimen dalam menentukan posisi yang paling tepat.

Beberapa sound gitar yang hebat juga dapat ditentukan oleh faktor ruangan dan dimana meletakkan kabinet speakernya. Menempatkannya jauh dari dinding akan sedikit mengurangi kadar bassnya. Sedangkan menempatkan agak ke sudut ruangan dapat menghasilkan sound bass yang baik. Kadang menempatkan kabinet tepat di atas lantai juga dapat mengakibatkan bunyi bass yang kerang enak.




02. Bereksperiman dengan Pedal :

Ada bagusnya kalau kita punya waktu untuk bereksperimen denga efek stompbox. Yang pasti memerlukan beberapa efek stompbox, dan hasilnya akan beragam. Ada yang sound distortion-nya lebih padat, lebih tipis, kadang terdengar aneh. Justru dari eksperimen ini kita dapat memperoleh sound yang cocok untuk pengisian di bagian-bagian tertentu dalam sebuah aransemen. 

Kalau kita memang sudah memakai beberapa efek stompbox sekaligus, cobalah untuk merubah konfigurasinya dari yang "default" menjadi yang lain. Karena peubahan posisi ini juga akan menghasilkan sound yang berbeda. Misalnya menempatkan Delay sebelum Distortion. Tentukan posisi mana yang paling pas untuk musik anda. Tapi kalau anda tidak menggunakannya jangan biarkan dia terpasang dalam efek chain anda. Karena konfigurasi dari gitar yang akan dicolokkan langsung ke ampli, akan sangat berbeda soundnya dengan konfigurasi gitar yang menggunakan sederet stompbox yang di bypass.

 

03. Ukuran Amplifier : 

Tidak selamanya kita memerlukan ampli yang besar untuk mendapatkan big sound. Sound distortion dapat terdengan baik ketika direkam asalkan tidak terburu bernafsu untuk memutar knob gain-nya sampai full. 

Ampli gitar kecil yang biasa digunakan sebagai ampli untuk latihan di rumah memang bersuara kurang powerfull, tapi belum tentu demkian saat kita merekamnya. Dapat saja ampli kecil ini justru menghasilkan sound yang kita impikan. Saat merekamnya usahakan untuk men-setting distortion hanya setengan dari setting live.

 

 

 

 

04. Overdub Guitar : 

Overdub part gitar adalah salah satu cara yang banyak digunakan untuk mendapatkan kesan big-sound. Ini bisa menambah kesan sound yang fat.

Tapi hati-hati...karena banyak track dengan frekuensi yang sama persis bisa mengakibatkan beberapa frekuensi tertentu saling bertubrukan. Hal ini bisa positif bisa juga negatif. Pertimbangkan juga untuk menggunakan gitar yang berbeda atau setting efek yang berbeda, ketika akan melakukan overdub gitar.

 

05. Mixing Down Multiple Guitar Track :

Saat sedang melakukan mixing, usahakan untuk tidak mengumbar sound gitar secara berlebihan. Karena ini bisa menenggelamkan unsur musik lainnya. Tetaplah membandingkan sound gitar yang sedang di mixing dengan menggabungkannya pada keseluruhan musik agar membuatnya tetap cocok dengan lagu. Sound gitar yang terdengan hebat tanpa iringan musik lainnya, belum tentu baik ketika digabung dengan keseluruhan aransemen.

Pertimbangkan untuk melakukan pan secara ekstrim untuk mendapatkan stereo image yang baik.

 

06. Extra Track with Direct Input : 

Kebutuhan sound gitar seringkali berubah. Untuk itu sabaiknya rekam juga sound clean yang dikirim via DI Boks ke track cadangan. Nantinya, sinyal yang terekam ini bisa saja dikirim ke berbagai ampli dan efek untuk kebutuhan mixing nantinya.

 

07. Posisi Player : 

Posisi si gitaris juga sering memberikan perbedaan sound. Misalnya merekam dengan posisi gitaris  di ruang kontrol dengan kabel sepanjang 15 meter ke ampli headnya akan memberikan sound yang berbeda di ruang studio dan menggunakan kabel yang hanya sepanjang 2 meter dari ampli headnya. 

 

 

   Bila ternyata anda harus  bermain dekat dengan ampli dan kabinet, gunakanlah headphone yang cukup baik sebagai monitor anda. Karena di studio room tersebut gelegar suara gitar anda dari kabinet bisa sangat kuat.

 

 

 

 

Nah..bro..apa yang diurai diatas tadi bukanlah doktrin yang wajib dilakukan untuk menggapai sound impian anda. Hanya saja beberapa point diatas bisa menjadi bahan pertimbangan untuk eksperiman anda. 

Jadi...selamat mencoba dan teruslah bereksperimen dengan sound gitar anda.


(Sumber: Audiopro edisi 11, November 2003)

 

 

 

 

 

Perlukah Bass dengan 6 atau 5 string ?


Memakai Bass dengan 6 atau 5 string?




Bass 4 string (G-D-A-E)
Umumnya kita mengenal bass dengan 4 string, dan ini sudah cukup memadai dalam mengisi kemposisi sebuah lagu, baik sebagai “rythem” maupun untuk improvisasi (solo). Dari frekuensi low-nya juga sudah memadai untuk memblocking aransemen serta frekuensi Hi – nya yang sudah sudah terpisah dengan dengan frekuansi Hi dari instrument lainnya. Dengan amplifier, efek bass ataupun speaker yang digunakan, ukuran senar juga berpengaruh dalam menghasilkan karakter sound bass. Ada beberapa jenis music yang justru menurunkan tuning menjadi ½ bahkan sampai 1½ untuk mencapai sound lebih rendah. Tuning seperti ini juga banyak digunakan bila pemain bass banyak bermain sebagai rythem section / pengiring.
Diluar kecanggihan teknologi dan jika dilihat kebutuhan, bass 4 string sudah dapat dipakai untuk bermain musik. Dengan setting sound sedemikian rupa, kita sanggup mendapatkan karakter atau sound seperti yang diharapkan. Jumlah senar bukanlah factor penyebab susahnya mendapatkan sound yang diharapkan, jumlah senar lebih pada kebutuhan akan not-not yang kita inginkan dalam membuat musik.



Bass 5 string (G-D-A-E-B)
Urutan tuning dari bawah keatas adalah G-D-A-E dan ditambah senar ke 5 menjadi B. Bass dengan 5 string ini pertama kali dikenal pada era 80-an. Saat itu sudah banyak pemain bass yang mulai menggunakannya. Dalam perkembangan musik yang semakin beragam, fungsi bass sebagai rhytem section juga mengalami perkembangan. Senar ke 5 (B) paling banyak digunakan untuk mendapatkan nada low (terutama pada not-not D,C,B). Sedangkan untuk penyesuaian ampli, tergantung seberapa sering senar no 5 ini dimainkan. Terutama kita perhatikan setting pada EQ. Jangan sampai sound senar ke 5 menjadi terlalu low, ini akan berakibat sound hanya akan terdengan bergaung (mendengung) dan not jadi kurang jelas terdengar.
Untuk out door, settingannya sedikit berbeda dengan in door. Begitu juga saat recording pada EQ. Sedangkan untuk setting bass, middle dan trible yaitu :
  Bass arah jam 11
  Middle arah jam 12
  Trible arah jam 12 s/d 1 (untuk mendapatkan sound attack-nya)

Perkiraan settingan dengan EQ untuk out door, trible sedikit di atas low dan middle kira-kira 2 titik dibawah garis tengan. Dan untuk in door, perubahannya hanya pada middle (sedikit dinaikkan 2 – 3 titik).
Banyak alasan mengapa pemain bass 4 string beralih ke 5 string. Salah satunya adalah bila menggunaka  senar ke 4 untuk mendapatkan sound low, tuning harus diturunkan ½ atau 1 (Eb atau D), hal ini menyebabkan senar lebih lentur dan mereka merasa kurang nyaman. Atau ada yang beranggapan bahwa dengan menggunakan 5 senar di atas panggung penampilan akan lebih garang. Tetapi apapun alasannya, lebih karena mereka membutuhkan sound low-nya.



Bass 6 string (C-G-D-A-E-B)
Bass bersenar 6 ini sekarang sudah menjadi hal yang umum. Pemain bass menggunakan 6 string, biasanya adalah pemain bass yang butuh mengeksplorasi permainan lebih lebar lagi ke not-not yang lebih luas. Otomatis  semakin banyak jumlah senar maupun fretnya, maka semakin banyak jumlah not yang dihasilkan. Terkadang pemain bass pada awalnya hanya ingin memiliki 6 senar saja, dapat berubah dalam ide ataupun aransemen begitu melihat kemungkinan yang tersedia pada bass 6 string. Ini lumrah jika terjadi pada kita, karena pemain bass yang menggunaka 6 string jangkauan berimprovisasinya akan lebih luas. Ada beberapa yang terbatas di 4 string dan dia lebih ‘cerewet’ ketikan bertemu 6 string dalam bermain.
Penambahan 6 string ada pada senar pertama, dimana bila tadinya senar ke 1 adalah G, maka G pada 6 string berpindah menjadi senar ke 2. Dan senar pertama adalah C’ (C perfect octave). Otomatis neck juga menjadi lebih lebar dibanding 5 senar dan jarak antar senar dapat menjadi lebih rapat sedikit.
Pemain bass yang suka berimprovisasi (fingering) banyak memilih 6 string untuk melebarkan jangkauan not-not yang dimainkan, walaupun ada juga pemain bass yang memilih 6 string untuk menunjang penampilan di atas panggung. Karena bentuk 6 string tentunya lebih atraktif disbanding 4 string ataupun 5 string.
Untuk setting EQ sedikit rumit, karena pada 6 string terdapat low B (senar ke 6) dan C’ (senar ke 1) yang lumayan berbeda frekuensinya. Jika terlalu low pada saat senar 1 dipetik jadi terdengar pelan, dan jika terlalu Hi pada senar 1, notnya kurang begitu jelas, yang terdengar hanya efek fingering pada senar. Apalagi jika senar 1 menggunakan senar yang berukuran kecil misalnya 0,20 atau 0,25. Hati hati agar frekuensi Hi tidak menabrak frekuensi gitar atau keyboard. Sering terjadi pada saat bermain di senar 1 dan 2, fret 12 – 24 frekuensi menyatu dengan frejuansi instrument lain, not yang terdengan menjadi kurang jelas, kecuali pada saat berimprovisasi, volume instrument lain harus lebih pelan.
Untuk setting :
  Bass arah jam 11
  Middle arah jam 10
  Trible arah jam 10 – 11

Knob pada bass gitar ditengah-tengah, sekedar untuk frekuensi. Kemungkina pemilihan instrument 4, 5 atau 6 string lebih mengacu pada kebutuhan kita terhadap not-nya, kemudian barulah sound-nya. Jangan terbalik agar kita fokus pada saat setting sound, dan tetap fokus pada aransemen. Untuk ampli, semua ampli cocok untuk bass 6 string, tinggal men-setting ampli tersebut. Dan bila kita memainkan bass dengan menggunakan pick, sound-nya lebih bright.
Jadi, semakin banyak jumlah senar, maka semakin lebar neck-nya. Ini juga akan mempengaruhi posisi jari kita dalam bermain, jadi perlu adanya adaptasi dulu sebelum menentukan pilihan. Yang jelas,selama permainan bass kita semakin baik, sah –sah saja menggunakan bass 6 string.




Oke bro…..selamat mencoba.

(Sumber:  Audiopro edisi 11, November 2003)


Tuesday 7 January 2014

Pengaruh Kayu Pada Sound Gitar

SEBERAPA BESARKAH PENGARUH JENIS KAYU PADA SOUND GITAR ?

 

Mungkin pertanyaan diatas sudah sering kita dengar, jika anda benar-benar tertarik pada gitar atau minimal suka pada gitar. Seberapa besar pengaruhnya jenis kayu dan mutu sound yang dihasilkan ? 

Sebuah gitar (baik yang elektrik maupun akustik) ...90%  terbuat dari kayu. Lalu kayu apa saja yang baik digunakan untuk membuat gitar ?

Ada beberapa jenis kayu yang lazin dipakai para Luthier di seluruh dunia untuk menghasilkan sebuah karya seni instrumen musik yang bernama gitar.




01. Kayu Oak. Kayu oak ini sebenarnya "biasa-biasa" saja untuk body gitar meskipun masih sering dipakai. Sustainnya kurang oke dan soundnya berkarakter "kasar"














02. Kayu Alder. Kayu alder memiliki karakter sound yang 'warm' dan banyak dipakai untuk jenis gitar vintage. Fender banyak memakai kayu ini untuk produksi gitarnya. Namun kayu ini kurang baik digunakan untuk neck gitar, karena tidak cukup kuat untuk menahan tarikan dawai.












03. Kayu Basswood. Kayu ini memiliki karakter yang 'warm'. Untuk body gitar, kayu ini memerlukan perlakuan yang agak manja..karena kayu ini tidak memiliki tingkat kekerasan yang baik. 











04. Kayu Ash. Kayu ash meiliki karakter sound yang 'bright' dan 'punch' pada nada-nada bass. Warna kayu cenderung terang, dan sering dipakai untuk body gitar bass. 









05. Kayu Poplar. Kayu ini ringan dan bercorak lembut.Karakter sounnya mirip basswood dan alder. Warna mirip alder namun lebih terang.















06. Kayu Maple. Kayu ini banyak dipakai untuk lapisan atas body gitar dikarenakan memiliki corak kayu yang sangat indah. Soundnya tebal. Dalam pengecatan, seringkali menggunakan warna yang transparan, agar corak keindahannya terlihat mencolok. Coba perhatikan gitar Gibson Les Paul Sunburst dengan corak flame maple seperti yang dimiliki Slash. 









07. Kayu Mahogany (Mahoni). Kayu ini sangat populer dikalangan para Luthier. Karena memiliki kekerasan yang baik dan warnanya agak kemerahan. Soundnya 'bright', sustainnya baik dan attack yang kuat.









08. Kayu Rosewood (sonokeling). Nah kayu yang satu ini memang banyak dipakai untuk body gitar pada gitar akustik karena corak dan warnanya yang hitam agak keunguan. Berbanggalah kita di Indonesia karena kayu rosewood / sonokeling Indonesia termasuk yang terindah di dunia. Seringkali dipakai juga untuk fingerboard.




09. Kayu Ebony. Kayu ini meiliki kekerasan yang bagus dan warna  hitam yang indah. Sustainya bagus. Beberapa luthier memakai kayu ini untuk membuat gitar yang memang berwarna hitam namun tetap menampakkan corak kayunya. Tapi ada sebagian gitaris yang enggan menggunakan kayu ini untuk fingerboard karena "kekerasan kayunya' bisa menyulitkan saat ingin mengganti fret.



Ada banyak jenis kayu lagi yang dapat dipakai untuk body gitar seperti kayu nangka, kayu mangga, kayu pinus dll. Tapi kayu-kayu yang disebutkan diatas adalah yang paling sering dipakai oleh Luthier dunia. 

 Anda suka yang mana ? 
Nah..dari uraian diatas, kita tahu bahwa jenis kayu sangat berpengaruh pada kualitas sound yang dihasilkan sebuah gitar. Tapi tahukah anda bahwa yang paling - paling - paling menentukan keindahan sebuah sound sebuah gitar adalah gaya permainan anda sendiri. Tak perduli seberapa bagusnya kayu yang dipakai atau seberapa hebatnya sound system yang digunakan, tetap saja gaya permainan gitar andalah yang paling menentukan.

Oke bro....Thx.

 

Sunday 5 January 2014

MEMBUAT GITAR SAPE

AYO KITA MEMBUAT GITAR SAPE


Assalamualaikum.....

Sebenarnya ide membuat gitar sape ini berawal dari keingintahuan dan rasa penasaran melihat balok batang pohon mangga di samping rumah yang ditebang "babe". 




Awalnya saya ingin membuat slide gitar....





tapi akhirnya pilihan jatuh pada gitar SAPE dengan pertimbangan :

 01. Sederhana namun unik (ada ukiran di permukaannya)

 02. Soundnya juga unik....serasa melayang di awan

 03. Karena saya sendiri asli orang kalimantan selatan (kandangan) meskipun bukan dari etnis Dayak.

 04. Sudah saatnya sape makin dikenal orang.....



Oke pertama - tama pastikan kayunya  'dah kering bro.....lalu gunakan imajinasimu unuk membuat perencanaan bentuk sape itu sendiri. Disini saya sengaja membuat sape yang "minimalis" dengan pertimbangan agar lebih mudah dimainkan dan tidak berat, sape pada umumnya berbentuk besar dan panjang. Lihat gambar. 






nah selanjutnya gunakan gergaji untuk membelah dan membentuk balok kayu itu menjadi sape...(pakai bendsaw lebih mudah), pakai gergaji tangan melelahkan namun bagus untuk olah raga dan membakar lemak...he he he. Bisa juga dipahat, bro ...


Maka jadilah sape (mentahan) seperti berikut : 


Oh yha...panjang sape pada umumnya dari nut ke bridge +_90 cm, tapi disini saya membuat sape "minimalis" dengan panjang dari nut ke bridge +- 70 cm (belum termasuk panjang headstock dan "pantat" gitarnya) disamakan dengan ukuran gitar akustik unda nih ding ai..... (lihat gambar)



untuk bentuk dan panjang headstock SAPE biasanya dibentuk / diukir seperti kepala burung. Tapi disini saya membuat headstock melengkung seperti gitar...yah...itu tergantung selera saja sih.

Gunakan alat serut kayu untuk meratakan permukaan sape (pakai planner lebih mudah). Juga pada bagian belakang, samping dan headstok




  Pakai kikir kayu untuk membentuk neck / leher sape.



Oke bro....sampai tahap ini kita sudah membuat body sape mentahan dan masih dalam "wujud" kasarnya. Nanti kita akan melubangi bagian "perut" sape untuk sound-nya agar suaranya lebih hidup. Berbeda dengan gitar akustik, pada sape tidak terdapat lubang suara pada permukaannya, hanya pada bagian belakangnya saja.

Oh yha....bagaimana dengan ornamen / ukiran pada permukaan sape? Pada awalnya saya kesulitan membuat gambar ukiran untuk sape ini, maklum udah lama gak belajar menggambar...dan ukiran khas dayak umumnya berbentuk melingkar seperti daun tanaman paku (fern). Tapi gak usah bingung, tinggal tanya pada mbah Google....dan salin gambarnya (tapi kalo' bisa bikin gambar sendiri akan lebih bagus bro.....). Gambar pada kertas dan ini nanti digunakan untuk membuat ukiran pada permukaan sape dengan menggunakan mata pahat atau bisa juga dengan router.



Ow..hampir lupa......sebelum melangkah ke tahap berikutnya...ada baiknya menyempatkan diri untuk "mendandani" sape anda (merapikan) agar terlihat lebih menarik. 
Disini saya merapikan permukaan, bagian samping, bagian belakang dan headstok sape dengan menggunakan alat serut.
Dan alat serut kayu yang baru dipesan via online ini ternyata sangat nyaman dipakai dan sangat membantu pekerjaan saya....





Dan ... akhirnya...buatlah pola pada bagian belakang sape yang nantinya akan dibuat lubang sound-nya seperti contoh gambar dibawah ini...


Kemudian genakan pahat kayu untuk melubanginya. Ini akan menjadi proses yang melelahkan, karena kayunya lumayan keras dan tebal.





dan kelelahan ini sedikit terobati karena kedatangan si "cewek cantik bermata hijau" yang datang berkunjung dan menemaniku.




















jangan lupa mengghaluskan bagian pinggirnya.
Dan setelah saya mencoba  mengukur berat antara body dan neck, terasa bahwa bagian neck dan headstok lebih berat dari body, maka saya memutuskan untuk menerapkan program "diet" untuk mengurangi sape yang "overweight", yaitu merampingkan Neck dan Headstok-nya.

Gunakan ampelas agar permukaannya menjadi licin dan "cantik" Dan hasilnya adalah .....






Oke bro.....setelah tertunda sekian lama......akhirnya sape bisa dilanjutkan pengerjaannya..maklum banyak kerjaan di kantor....  : )



sekarang membuat gambar / ukiran pada permukaan sape. Ini tergantung selera saja...bisa diukir atau diberi gambar / dicat, bahkan polospun sah sah saja..... Tapi kebanyakan sape yang asli bikinan Dayak, kebanyakan diukir.
Nah gambar dibawah ini permukaan sape yang hanya diberi gambar / dicat (tidak diukir)....cukup menggunakan kertas dan cat semprot saja bro.... Masalah sketsanya bisa dicari di google atau bikin sendiri kalau kalian bisa membuatnya sendiri.






Jangan lupa membuat lubang untuk tuner-nya di headstock 




juga slot untuk memasang NUT dan BRIDGE .







 Nah kalau sudah jadi... tinggal memberinya warna...(jangan menggunakan cat kayu biasa bro...karena motifnya bisa hilang ketutupan cat. Jadi carilah cat transparan). 

Saya menggunakan tinta  yang biasa dipakai untuk printer. Awalnya saya memakai warna merah..tapi hasilnya....busyeeettt...norak banget...dark red mystic  ... gimana gitu....akhirnya saya hapus (di ampelas lagi)...dicat motifnya lagi....aduh capek juga....




Akhirnya (daripada malu), saya ganti dengan warna yang lebih cerah....kuning.
Lumayan....motifnya terlihat dan urat kayunya masih kelihatan. 
Setelah warnanya kering, lakukan lagi hingga beberapa lapis agar warnanya lebih terang, dan meresap ke pori-pori kayu. Ini hasilnya .....  :)



Kemudian diberi lapisan vernis....
Warnanya berubah jadi kuning kecoklatan ....

  




 Dan dipoles ... biar mulussss...



Untuk tuner-nya saya pake' yang bekas gitar akustik saja ....(kalo yg. baru juga boleh...tapi beli sendiri he he he). 
Nah... karena gitar akustik saya tunernya nyambung semua (6 senar), jadi saya pasang semua, tapi nanti hanya terpakai 4 senar saja. (Sape ada juga yang pakai 6 senar !). Kalau mau praktis, cari tuner yang terpisah, sehingga bisa dipasang 4 saja, seperti tuner yang biasa dipakai buat gitar electric.




Pasang NUT ...


Pasang Bridge dan jangan lupa membuat lubang untuk menambatkan senarnya.


buat jalur senar pada NUT ...



Oke .. kita lanjutkan...ke bagian pemasangan fret sape. Berbeda dengan fret gitar, fret pada sape lebih sederhana dan TIDAK PERMANEN, karena disesuaikan dengan kebutuhan lagu dan nada yang ingin dimainkan. Ada sape yang menggunakan 3 senar, 4 senar & 6 senar. Ada yang menggunakan F major pentatonic (F,G,A,C,D,F.). 
Sape menggunakan banyak fariasi tuningnya. Tapi untuk anda saya akan menjelaskan cara tuning sape dengan tune standar dan sederhana agar anda bisa mencoba menggunakan nada-nada sape standart, sebelum anda memakai setingan anda sendiri.

contoh sape 4 senar, dengan senar 1 dan 2 untuk melodi, senar 3 dan 4 untuk rythem-nya.

Tune senar 1 pada nada c (do), lalu tune senar 2 sama pada nada c (do).  Kemudian pasanglah fretnya dengan mencari nadanya, yaitu nada d (re) di fret 1. Jika sudah tepat lokasinya, tempelkan fret itu. (Fret bisa terbuat dari kayu, mambu, rotan dll).

Kemudian carilah lokasi fret 2 untuk nada e (mi). jika sudah tepat, tempelkan fretnya, lakukan seterusnya untuk mencari lokasi fret yg lain ( f-g-a-b-C-D-E-F-G...dan seterusnya).

Langkah berikutnya adalah menyetem senar nomor 3. Yaitu dengan cara menekan senar 1 di fret ke 4 (nada g), lalu setemlah senar nomor 3 sama dengan senar nomor 1 di fret ke 4. Sehingga ketemu nada senar 1 di fret ke 4 (g) sama dengan senar 3 (g).
Lalu setemlah senar nomor 4 untuk naga g rendah / nada g bass.

Fret sape bisa dibuat dari kayu, rotan, bambu dll. Untuk sape saya yang ini menggunakan batang pancing yang terbuat dari fiber, sehingga terlihat transparan (biar beda gitu bro...). 
Jika diihat gambar dibawah, saya tidak menggunakan seteman seperti contoh diatas, karena saya menggunakan setingan senar sendiri, yaitu e-g-a-b-d-e. 
Yah...ini hanya variasi saya sendiri, tapi bagi anda pemula, lebih baik pakai seteman nada yang saya contohkan diatas, agar lebih mudah.





Nah sudah jadi... 









Dan sekarang Mr. Sape'i  sudah bisa bergabung dengan saudaranya yang seiman dan setanah air ....









Oke bro ... selesai sudah proses pembuatan SAPE ...alat musik Dayak.
Semoga tulisan ini bisa memperkenalkan dan membuka pandangan kita, betapa negeri ini kaya dengan budaya yang beragam dan sangat kaya dengan alat musik tradisional yang unik-unik.
Khususnya SAPE...dapat semakin dikenal dunia....
AMIN......

Wassalam .. Iwan - ITS - Surabaya 
2 Januari 2015


.............................................................................................................



See on youtube : Membuat SAPE dalam 8 menit
 https://youtu.be/qwF3A9Hq1AI