Mahasiswa Despro ITS ciptakan Gitar dari rotan laminasi
Berawal dari keresahan melihat tidak maksimalnya
pengolahan rotan. Ide kreatif kemudian muncul. Berbekal hobi musik, dia
sukses menciptakan gitar rotan laminasi yang begitu dipetik, suaranya
tidak jauh berbeda dengan gitar pada umumnya
Mata lelaki bertubuh kurus itu sesekali terpejam. Lagu "Belum Ada
Judul" milik Iwan Fals mengalir merdu. Denting permainan gitar yang
mengiringi lagu tersebut juga tak kalah nyaman di telinga. Terdengar
jernih dan empuk. Suara gitar yang empuk dan merdu tersebut tidak
berasal dari kayu oak atau kayu lain yang menjadi
bahan mainstream gitar. Tapi, dari rotan. Gitar itu diberi nama Aluna
oleh penciptanya Itu adalah nama anak ketiga perajin
gitar kondang di Purwodadi. Namanya Pak Widadi, beliau yang membantu
saya menyelesaikan gitar ini,ucapnya.
Sebagai tanda terima kasih, alumnus SMAN 1 Malang tersebut menamakan
gitar itu Aluna. Muhammad Khirzan Ulinnuha (ulin) bercerita bahwa pembuatan gitar tersebut bermula
dari penemuan rotan laminasi oleh Dodi Mulyadi, pakar dan desainer rotan
dari Pusat Inovasi Rotan Nasional (Pirnas). Rotan laminasi adalah rotan
yang telah dipotong berupa balok-balok kecil dan direkatkan hingga
berbentuk papan.
Melihat inovasi itu, Ulin ingin mengembangkan lebih luas lagi. Dia yakin
rotan tidak hanya berakhir sebagai produk furnitur. Apalagi, yang dia
ketahui, Indonesia adalah kerajaan rotan besar. Di Indonesia ini
rotannya banyak. Sayangnya, rotan cuma bisa jadi kursi atau meja. Udah
gitu yang beli orang asing pula.
Sayang kan kalau nggak bisa dimanfaatin, papar bujang kelahiran Blitar
itu.
Ide membuat gitar tersebut sebenarnya muncul secara tidak sengaja. Gitar
berbahan rotan laminasi itu sebenarnya bukanlah produk yang disiapkan
untuk tugas akhirnya di kampus. Awalnya dia bermaksud menciptakan wadah
unik yang dibutuhkan banyak orang. Kemudian Ulin melihat banyak teman
kampusnya bermain gitar. Karena itu, dia mengganti gagasannya.
Dosen pembimbing menggiring Ulin untuk menciptakan gitar yang berbeda.
Lama Ulin berpikir, akhirnya di sebuah mata kuliah, dosennya bercerita
tentang keikutsertaannya pada workshop yang berkaitan dengan rotan.
Lelaki yang sejak kecil juga hobi menggambar itu kemudian punya
pikiran nyeleneh. Begitu jam kuliah selesai, saya berpikir
bisa nggak ya rotan dibuat jadi gitar, imbuhnya.
Mahasiswa angkatan 2009 itu pun mewujudkan imajinasi desainnya ke bentuk
nyata. Semula sulit menemukan bahan baku rotan yang sudah diolah menjadi
laminasi. Setelah berkomunikasi dengan beberapa orang, Ulin pun berharap
kepada salah seorang kenalannya yang bersedia mengirim rotan laminasi
dari Sulawesi.
Namun, rotan yang ditunggu cowok yang juga aktif di komunitas menggambar
Penahitam Surabaya itu tidak kunjung tiba. Di tengah keputusasaannya
mendapat rotan laminasi, kakak kelasnya memberi informasi tentang
distribusi rotan di Menganti, Gresik. Sayangnya, di situ tidak ada rotan
laminasi (rotan yang sudah diolah menjadi bentuk papan), melainkan rotan
mentah yang masih berbentuk silinder utuh.
Karena dikejar waktu, Ulin akhirnya rela berpanas-panasan mengendarai
motor ke Gresik. Dibantu rekannya, dia membeli 30 kg rotan mentah bentuk
silinder jenis asalan. Setiap 1 kg rotan dihargai Rp 9 ribu. Rotan-rotan
itu dibawanya sebanyak dua kali. Pertama, dia membawa 12 kg rotan dengan
naik motor. รข€Saya bawa naik motor dengan diboncengkan teman.
Lumayankemeng pundak ini, ceritanya lalu tertawa kecil.
Keesokan harinya, dia menyewa pikap milik kenalannya untuk mengangkut 30
kg rotan. Kocek sewa mobil itu lumayan tebal untuk ukuran mahasiswa. Total penggunaannya sekitar 20 kg. Saya sengaja membeli banyak untuk
jaga-jaga, nyatanya memang sisa, ceritanya.
Membeli rotan mentah memaksa pria Sagitarius itu bekerja dua kali.
Sebelum membuat gitar, dia harus menerapkan teknologi laminasi. Artinya,
dia harus memotong rotan silinder berdiameter 3,2 cm menjadi beberapa
bagian kecil. Lalu, rotan-rotan sepanjang 4 meter itu dipotong per 1
meter berbentuk balok. Selanjutnya, 4 bilah rotan yang sudah menjadi
balok tersebut direkatkan dengan lem, baru dipotong kecil-kecil seperti
papan.
Tugas selanjutnya ialah mencari perajin yang bisa membantunya
mengerjakan gitar sesuai desain yang sudah dibuatnya. Pada tahap itu,
lagi-lagi Ulin mendapat hambatan. Dia sulit mencari perajin gitar di
Surabaya. Rata-rata perajin menolak menggarap gitar miliknya karena
mereka sudah menerima pesanan dari orang lain.
Bahkan, ada salah seorang seniman gitar yang meremehkan karyanya. Orang
tersebut tidak percaya bahwa hasil kreasi Ulin bisa menghantarkan suara. Beliau benar-benar nggak mau ngerjain. Daripada buang-buang waktu
bikin gitar kamu dan nolak pesenan orang. Udah gitu, iya nanti kalau
gitarnya bunyi, lah kalau enggak? Beliau bilang gitu ke saya, kenangnya kemudian tersenyum kecut.
Perjuangan cowok yang mengaku masih jomblo itu akhirnya terbayar. Dia
berjodoh dengan Widadi untuk melanjutkan penggarapan gitar.
Selama
sebulan, Ulin bolak-balik Surabaya-Purwodadi untuk mengecek hasil
polesan Widadi.
Ulin mengaku tidak semua bagian gitarnya berasal dari rotan. Rotan hanya
dipakai untuk top body, back, dan side guitar. Sementara
itu, bracing atau bagian dalam masih dilapisi kayu. Bagian neck terbuat
dari mahoni dan senar gitar jenis nilon. Semua kelengkapan itu dibuat
agar gitar mampu bersuara dan tidak melengkung jika terkena panas matahari.
Akhirnya, gitar jadi. Yang terpenting, kualitas suara yang dihasilkannya
tak kalah dengan gitar mainstream. Kerja kerasnya terbayar. Bahkan, bila
sedang galau, Ulin bergitar dan bersenandung dengan enak.
Karya gitarnya dipresentasikan ke publik pada pameran tugas akhir
bertemaBright Future Ahead yang diselenggarakan jurusannya kemarin
(17/1) dan hari ini. Selain itu, gitar rotan orisinal tersebut
diikutsertakan pada perlombaan internasional di Jerman pada Mei.
Penilaian lomba itu diumumkan pada Februari. Ya selama ini setahu saya,
belum ada yang bikin gitar dari rotan. Saya yakin ini yang pertama di
Indonesia. Bahkan, mungkin di dunia, tegasnya.
Jika lolos, pria penyuka warna hitam itu berharap produknya mendapat hak
paten dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Bila itu
terwujud, dia sangat yakin mimpi besarnya untuk memasarkan produknya
secara masal tergapai. Apalagi pada pengujung tahun nanti, MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 bergulir. Kalau benar-benar bisa dapat hak paten, saya ingin membangun industri
baru. Akhir tahun nanti kita saingan se-ASEAN. Masak kita mau rotan
produksi Indonesia terus-terusan dibeli orang asing.
Nanti saya pasti
mengajak perajin gitar seperti Pak Widadi, harapnya tinggi.
( Jawapos - 18 Januari 2015 )
’’Itu
(Aluna, Red) adalah nama anak ketiga perajin gitar kondang di
Purwodadi. Namanya Pak Widadi, beliau yang membantu saya menyelesaikan
gitar ini,’’ ucapnya.
- See more at:
http://www.indopos.co.id/2015/01/kreasi-mahasiswa-despro-ciptakan-gitar-rotan-laminasi.html#sthash.mlMOaRiQ.dpuf
Muhammad
Khirzan Ulinnuha, 24, terusik saat melihat tidak maksimalnya pengolahan
rotan. Ice kreatif kemudian muncul. Berbekal hobi musik, dia sukses
menciptakan gitar rotan laminasi yang begitu dipetik, suaranya tidak
jauh berbeda dengan gitar pada umumnya.
- See more at:
http://www.indopos.co.id/2015/01/kreasi-mahasiswa-despro-ciptakan-gitar-rotan-laminasi.html#sthash.qWDs1N5u.dpuf
Muhammad
Khirzan Ulinnuha, 24, terusik saat melihat tidak maksimalnya pengolahan
rotan. Ice kreatif kemudian muncul. Berbekal hobi musik, dia sukses
menciptakan gitar rotan laminasi yang begitu dipetik, suaranya tidak
jauh berbeda dengan gitar pada umumnya.
- See more at:
http://www.indopos.co.id/2015/01/kreasi-mahasiswa-despro-ciptakan-gitar-rotan-laminasi.html#sthash.qWDs1N5u.dpuf
Muhammad
Khirzan Ulinnuha, 24, terusik saat melihat tidak maksimalnya pengolahan
rotan. Ice kreatif kemudian muncul. Berbekal hobi musik, dia sukses
menciptakan gitar rotan laminasi yang begitu dipetik, suaranya tidak
jauh berbeda dengan gitar pada umumnya.
- See more at:
http://www.indopos.co.id/2015/01/kreasi-mahasiswa-despro-ciptakan-gitar-rotan-laminasi.html#sthash.qWDs1N5u.dpuf