Wednesday 9 April 2014

Debu band

Syiar Islam Lewat Musik Debu



Siapa yang tidak kenal grup musik yang satu ini. Musik yang dimainkan dengan berbagai jenis alat musik ini mampu membuat kita berdecak kagum saat mendengarkan musik yang dimainkan oleh mereka. Grup musik bergenre islam ini dibawakan  secara unik dan menarik oleh para anggotanya yang terdiri dari anggota keluarga, siapa lagi kalau bukan Debu. "Kalau main musik dengan ridha Allah, maka manusia bisa senang", tutur Mustafa mengawali pembicaraan. Dimana setiap syair lagu-lagunya mampu menyihir kita semua sehungga kita kita yang mendengarkan seakan terbawa alunan musik yang sangat merdu dan berada dekat dengan Illahi.

Debu lahir dari sebuah keluarga berkebangsaan Amerika Serikat, dan berkembang di Indonesia pada tahun 2001. Bermula dari ajaran sufi yang dibawa oleh guru mereka Syeikh Fattah dan kehadiran mereka memberikan warna baru bagi banyak musisi muda bahwa dunia musik islami tidak hanya dapat dimainkan lewat irama qosidah dan hadrah atau jenis alat musik tradisional lainnya. 

Mustafa Daood salah satu pentolan debu mengaku, awalnya musik ini hanya diperuntukkan untuk pelatihan rohani bagi keluarga saja. Namun, Mustafa melihat banyak masyarakat yang tertarik dengan kegiatan tersebut sehingga beliau akhirnya membentuk grup musik Debu untuk memperkenalkan jenis musik ini kepada masyarakat luas. "Awalnya musik adalah sebuah bentuk ekspresi mengagungkan sama Allah SWt. Namun saya berfikir alangkah indahnya jika semua umat manusia didunia bersama-sama mengumandangkan sama Allah SWT", ujar Mustafa ,pria kelahiran 9 Juni 1981 di Oregon Amerika Serikat.

"Saya sangat terkesima saat manggung di Semarang. saat itu sekitar 20.000 oarng hadir di acara kami. Semua bertahmid sehingga saya menangis. Tangis itu merupakan suatu rahmat dari Allah SWT dan membuat saya lebih mencintai Allah." tutur Mustafa.



Rasa syukur dapat kita lakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui musik. Malantunkan asma Allah merupakan sebuah obat ketenangan bagi jiwa.

Sumber: Muzakki (edisi 75 - 2011)

No comments:

Post a Comment